Cinta dengan menggunakan kalimat mawaddah dimaksudkan jenis cintayang menggebu-nggebu, membara dan “ngggemesi”. Orang yang memiliki cita tipe “mawaddah”
ini biasanya selalu menginginkan kebersamaan, berduaan, enggan berpisah
dan ingin selalu memuaskan dahaga cintanya sepanjang waktu. Di dalam
Al Quran Surat ar Rum: 21
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا
لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ
فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.
2. Rahmah
Suatu ketika cinta kasih dan sayang dalam dinyataka oleh Al Quran dengan menggunakan kata ar-rahmah
(cinta kasih), cinta tipe ini melukiskan cinta yang penuh kelembutan,
kasih sayang, rela berkorban, siap memberi perlindungan. Orang yang
memiliki cinta jenis ini berani berkorban demi orang yang dicintai,
mendahulukan cintanya daripada kepentingan cinta dirinya sendiri.
Termasuk dalam cinta yang dibahasakan dengan ar-rahmah adalah cinta yang
berhubungan dengan pertalian darah.
Al Quran menggunakan kata kerabat dengan istilah dzawil arham, yakni
orang orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, tempat
janin di mana mendapat kasih sayang juga dinamakan dengan rahim, istilah
lain degnan menggunakan kata rahmah juga dipakai istilah menyambung
tali cinta kasih sayang terhadap hubungan darah misalnya shilaturrahim
artinya menyambung tali kasih sayang
3. Mail
Cinta yang dibahasakan dengan mail (condong) adalah cinta yang
bersifat sementara, temporal, membara sehingga menyedot perhatian hingga
hal lain cenderung terabaikan. Cinta jenis ini disebut oleh Al Quran
dalam konteks poligami, ketika seseorang jatuh hati berlebihan kepada
pasangan yang lebih muda. Al Al Quran surat An-Nisa [4]: 129
وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ
فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ
تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا.
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-
isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga
kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
4. Syaghafa
Cinta juga dibahasakan Al Quran dengan menggunakan kata saghafa,
adalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil, dan memabukkan.
Orang yang sedang dimabuk cinta ini bisa seperti gila dalam tanda kutip.
Lupa diri dan hampir hampir kehilangan kesadaran terhadap apa yang
dilakukan, dalam hal ini Al Quran memberikan contoh model ini seperti
halnya cintanya Zulaikha kepada Nabi Yusuf as. Seperti tersebut didalam
Al Quran surat Yusuf [12]: 30
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ
فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي
ضَلَالٍ مُبِينٍ.
Dan wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al Aziz menggoda bujangnya
untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya cintanya kepada
bujangnya itu adalah sangat mendalam. Sesungguhnya kami memandangnya
dalam kesesatan yang nyata."